cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 3 (2016): September, 2016" : 6 Documents clear
PEMANFAATAN BAKTERI ENDOFIT DAN FOSFAT UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAMBILOTO / Utilizing Endophytic Bacteria and Phosphate for Growth and Yieald of Andrographis paniculata Gusmaini Gusmaini; Didy Sopandie; Sandra Arifin Aziz; Abdul Munif; Nurliani Bermawie
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.153-159

Abstract

Andrographis paniculta produce andrographolide, which have functions as raw material for medicine. One can stimulate andrographolide yield by utilizing endophytic bacteria and phosphate. This research objectives were to obtain effect of endophytic bacteria and phosphate on growth, yield and andrographolide content, N, P, and K uptake of A. paniculta. The research was conducted at the experimental garden of ISMCRI, at Cimanggu, Bogor from June 2012-February 2013. The trial was arranged in Random Block Design, factorial, 9 treatments and 3 replications. The first factor were endophytic bacteria; 1) without endophytic bacteria, 2) 20CD, and 3) 20BB. The second factor were the levels of P; 1) without P, 2) 27 kg/ha P, and 3) 54 kg/ha P. The results showed that Endophytic bacteria application and P fertilizer significantly increased plant growth, dry matter yield, andrographolide content and yield, and N, P, K uptake, but there were no interaction between endophytic bacteria and P treatments. Giving of endophytic bacteria improved content and yield of andrographolide ranging 16,9-29,9% and 37,6-45,7% respectively. A dossage of 27 kg/ha P was recommended to produce dry matter and andrographolide yield, and andrographolide content obtained 2.56%. The best andrographolide yield should be harvested at the beginning of generative phase.Keywords: Andrographis paniculata, andrographolide content, endophytic bacteria, phosphate, yield. AbstrakTanaman sambiloto merupakan tanaman penghasil andrografolid, yang berfungsi sebagai bahan baku obat. Salah satu yang dapat memacu produksi andrographolid tersebut dengan memanfaatkan bakteri endofit dan fosfat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bakteri endofit dan fosfat terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar andrografolid serta serapan hara N, P, dan K pada tanaman sambiloto. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cimanggu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor dari bulan Juni 2012-Februari 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, faktorial, 9 perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu bakteri endofit; 1) tanpa bakteri, 2) 20CD, dan 3) 20BB. Faktor kedua adalah dosis pupuk P; 1) tanpa pupuk, 2) 27 kg/ha P, dan 3) 54 kg/ha P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri endofit dan P nyata meningkatkan pertumbuhan, produksi biomas, kadar dan produksi andrografolid, serta serapan hara N, P, dan K pada umur tanaman 14 MST, namun tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Pemberian bakteri endofit dapat meningkatkan kadar dan produksi andrografolid, masing-masing berkisar 16,9-29,9% dan 37,6- 45,7%. Dosis 27 kg/ha P direkomendasikan untuk menghasilkan produksi bahan kering dan produksi andrografolid, dengan kadar andrografolid yang diperoleh 2,56%. Produksi andrografolid terbaik, tanaman dipanen pada fase awal generatif.Kata kunci: Andrographis paniculata, andrografolid, bakteri endofit, pertumbuhan, fosfat, produksi.
PENGARUH INOVASI TEKNOLOGI DAN PENGGUNAAN INPUT TERHADAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT / Influence of Technological Innovation and Use of Production Input on Productivity of Oil Palm in West Kalimantan Province I Ketut Ardana; Ketut Kariyasa
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.125-134

Abstract

Indonesian government within the framework of the Master Plan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development (MP3EI) have established oil palm as the main commodity to be developed in the so-called corridor of Kalimantan. This is mainly due to the commodity role as Indonesia's main export commodities as well as the tipping point of regional economic development in ensuring the welfare of local farmers in a sustainable manner. West Kalimantan is one of the centers of the development of oil palm in Kalimantan, after Central Kalimantan. This study aimed to analyze the role of the superior technology and use of production inputs to improve the productivity of oil palm and the factors that influence the adoption of new technologies at the farm level. Results of decomposition analysis of productivity showed that the productivity of oil palm plantations increased by 45.59%. The role of the difference in the applied technology is 22.62% and 22.97% came from the difference in input use. Quality of seeds available/planted by farmers contributed significantly to the level of productivity. Adequate provision of improved seed policies must be the top priority in efforts to improve the productivity of oil palm in the future. The policy needs to be accompanied by quality control and distribution of improved seed is strictly and continuously. The next priority policies should be aimed at encouraging farmers to use production inputs as recommended . In order for the policy to be effective, it needs to be supported by the trading system improvements to ensure the feasibility of palm oil prices at the farm level.Keywords: oil palm, decomposition of productivity, innovation, production inputs AbstrakPemerintah Indonesia dalam kerangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menetapkan komoditas kelapa sawit sebagai komoditas utama untuk lebih dikembangkan di wilayah Kalimantan Barat atau disebut koridor Kalimantan. Hal ini terutama disebabkan oleh peran komoditas ini sebagai komoditas ekspor utama Indonesia dan sekaligus sebagai titik ungkit pembangunan ekonomi daerah dalam menjamin peningkatan kesejahteraan petani setempat secara berkelanjutan. Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, setelah Kalimantan Tengah, oleh sebab itu penelitian dilaksanakan di Kalimantan Barat pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran teknologi unggulan dan penggunaan input produksi terhadap perbaikan produktivitas kelapa sawit dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru di tingkat petani. Hasil analisis dekomposisi produktivitas menunjukkan bahwa penggunaan teknologi unggulan (karakterisik teknologi unggulan perbaikan manajemen produksi, serta penggunanan input sesuai anjuran) menyebabkan produktivitas kelapa sawit meningkat sebesar 45,59%. Dari peningkatan tersebut, sebesar 22,62% bersumber dari adanya perbedaan teknologi yang diterapkan dan 22,97% bersumber dari adanya perbedaan penggunaan input. Kualitas benih yang tersedia/ditanam petani memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat produktivitas. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit, maka penyediaan benih unggul yang memadai harus menjadi kebijakan prioritas utama dalam pengembangan kebun sawit ke depan. Kebijakan prioritas berikutnya dapat ditujukan untuk mendorong petani agar menggunakan input produksi sesuai anjuran. Kebijakan ini tentunya akan efektif jika pada saat yang sama petani juga memperoleh harga sawit yang layak.Kata kunci: kelapa sawit, dekomposisi produktivitas, inovasi, input produksi
ANALISIS KEBERKELANJUTAN USAHATANI TANAMAN KARET DI LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI: STUDI KASUS DI KALIMANTAN TENGAH / Analysis of The Sustainablility of Rubber Plantations Farming System in Degraded Peatland: A Case Study in Central Kalimantan Mamat H. S.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.115-124

Abstract

Sustainability analysis of rubber tree (Hevea brasiliensis) farming system aimed to assess the sustainability of the application of farming models which was developed in a pilot project in degraded peatland, which is located in Village/District Jabiren, Regency Pulangpisau (Central Kalimantan). Research was conducted by a structural survey method with 30 selected respondent farmers around the plots. The analysis was performed with the multidimentional scaling (MDS) approach, including social, economic and environmental dimensions. The level of (lkb) farming system sustainability of rubber trees in degraded peatland based on values of sustainability index of multidimensional in the Jabiren District showed sustained considerable scale with an index value of 66.69, meaning that farming models developed are quite sustainable farming. In other words that farming models are economically beneficial, socially acceptability to society, and ecologically not damage the environmental. The social dimension is more dominant determine the sustainability of farming that contributes to IKB amounted to 72.65 compared with the economic and environmental dimension with a contribution value of each 68.11 and 57.25. Sensitive factors affecting the sustainability, include: the intensity of extention (the social dimension), the stability of the prices of the farmers surplus productivity (the economic dimension), the water pH and water level fluctuations (the ecological dimensions).Keywords: sustainability index, rubber farming system, degraded peatland AbstrakAnalisis keberlanjutan usahatani tanaman karet bertujuan untuk menilai tingkat keberlanjutan dari aplikasi model usahatani yang dikembangkan dalam suatu demplot pola tanam (intercropping) di lahan gambut terdegradasi, dengan tanaman pokok tanaman karet dengan tanaman sela nenas di antara tanaman pokok karet dan aplikasi amelioran, yang berlokasi di Desa/Kecamatan Jabiren, Pulangpisau (Kalimantan Tengah). Penelitian dilakukan dengan metode survei terstruktur dengan memilih 30 responden petani di sekitar demplot. Analisis dilakukan dengan pendekatan multidimensi (multidimentional scaling/MDS), meliputi dimensi sosial, ekonomi dan dimensi lingkungan. Tingkat keberlanjutan (Ikb) usahatani tanaman karet di lahan gambut terdegradasi yang didasarkan pada nilai indeks keberlanjutan multidimensi di lokasi penelitian menunjukkan skala cukup berkelanjutan dengan nilai indeks 66,69, artinya model usahatani yang dikembangkan cukup berkelanjutan. Dengan kata lain bahwa model usahatani tersebut memberi manfaat secara ekonomi, secara sosial dapat diterima masyarakat, dan secara ekologis tidak merusak lingkungan. Dimensi sosial lebih dominan menentukan keberlanjutan usahatani yaitu kontribusi terhadap Ikb sebesar 72,65 dibanding dengan dimensi ekonomi dan lingkungan dengan kontribusi nilai masing-masing 68,11 dan 57,25. Faktor yang peka mempengaruhi keberlanjutan, meliputi: intensitas penyuluhan (dimensi sosial), kestabilan harga hasil petani pada saat panen (dimensi ekonomi), pH air di lahan usahatani dan fluktuasi debit air di lahan petani (dimensi lingkungan/ekologi).Kata kunci: indeks keberlanjutan usahatani karet, lahan gambut terdegradasi
PENINGKATAN PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN DENGAN PEMUPUKAN NPK / Increasing Growth of Oil Palm Seedling with NPK Fertilization Kasno, Antonius; Anggria, L.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.107-114

Abstract

Fertilization is a very important factor of production. Fertlizer on oil palm nurseries need to consider the soil used as a medium. Excessive or insufficient fertilization resulted in inferior growth. The aim of this research was to study the effects of compound fertilizer NPK 11-7-12 on the growth of oil palm seedlings and determine the optimum dose for oil palm nursery seedlings. The research was conducted in a greenhouse at Soil Research Institute, Laladon, Bogor, in October 2012 - June 2013. The design was randomized complete block, 6 treatments and 5 replications. The treatment consisted of 4 (1) NPK 11-7-12, (2) single NPK fertilizer (Urea, SP-36, KCl), (3) NPK 15-15-15, and (4) control treatment (without NPK). Doses of NPK fertilizer was 0.00, 2.50, 5.00, 7.50, and 10.00 g NPK/tree. Beside NPK fertilizer, each polybag was added with Kieserite 1 g/tree. Urea, SP-36, KCl, Kieserite and NPK was given 12 times. Fertilization was performed at 1 week after transplanting, and then performed every 2 weeks up to 12 times. The results showed that NPK fertilizer either single or compound able to increase the growth of oil palm plantations. Effect of NPK 11-7-12 fertilizer was the same with NPK 15- 15-15 and better than the single NPK fertilizer. The optimum dosage of NPK 11-7-12 fertilizer for oil palm seedling is 5 – 6 g/tree.Keywords: compound NPK, palm oil, inceptisols, seedlings AbstrakPupuk merupakan faktor produksi yang sangat penting. Pemberian pupuk pada pembibitan kelapa sawit perlu mempertimbangkan tanah yang digunakan sebagai media. Pemupukan yang berlebihan atau kurang berakibat kurang baik dan pertumbuhan bibit kelapa sawit kurang optimum. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pupuk majemuk NPK 11-7-12 terhadap pertumbuhan kelapa sawit di pembibitan dan menentukan dosis optimum untuk pembibitan kelapa sawit. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanah di Laladon, Bogor, pada Oktober 2012 - Juni 2013. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok, 7 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari 4 dosis pupuk NPK 11-7-12, perlakuan pupuk NPK tunggal (Urea, SP-36 dan KCl), dan pupuk NPK 15-15-15, serta kontrol (tanpa NPK). Dosis pupuk majemuk NPK 11-7-12 adalah: 0,00; 2,50; 5,00; 7,50 dan 10,00 g NPK/pohon. Selain pupuk NPK setiap polibag ditambah 1 g pupuk kieserit/pohon. Pupuk Urea, SP-36, KCl, kieserit dan NPK diberikan sebanyak 12 kali. Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam, selanjutnya dilakukan setiap 2 minggu sampai 12 kali aplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NPK baik tunggal maupun majemuk mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pengaruh pupuk NPK 11-7-12 sama dengan pupuk NPK 15-15-15 dan lebih baik dibandingkan dengan pupuk NPK tunggal. Takaran optimum pupuk NPK 11-7-12 untuk bibit kelapa sawit adalah 5-6 g/pohon.Kata kunci: NPK majemuk, kelapa sawit, Inceptisols, bibit
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS PUCUK TEH PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT / Impact of Climate Changes on Leaves Productivity in Various Elevation Levels Salwa L. Dalimoenthe; Restu Wulansari; Erdiansyah Rezamela
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.135-141

Abstract

Rainfall is one of the climate elements influence the growth and leaves productivity of tea plant. During 2005-2014 El-Nino had happened with strong intensity in late 2009 and early 2010. El Nino influence on changes in rainfall patterns and decreasing leaves production. This experiment was conducted to determine the impact of climate change on leaves productivity at each elevation level of tea plantation. The experiments conducted in 9 tea plantation in West Java, grouped in to 3 different elevation levels based on Schoorel 1974, low elevation level plantaion (<800 above MSL), medium elevation level (800-1200 above MSL), high elevation level plantation (>1200 above MSL) and presented in histogram and graphic to descript the annual distribution pattern. The results showed that the decreasing rainfall pattern in high and middle elevation tea plantation in 2010-2014 (after El-Nino) compare to 2005- 2009 (before El-Nino). The productivity of the tea plant at each elevation in 2011-2014 was lower than in 2005-2008. In high elevation tea plantation there is a close relationship between decreased in rainfall patterns followed by a decrease in productivity with linear regression value R2 = 0.85.Keywords: climate change, rainfall, leaves poductivity, tea plantation, altitude level AbstrakSalah satu unsur iklim yang berpengaru h terhadap pertumbuhan dan produktivitas pucuk tanaman teh adalah curah hujan. Selama periode tahun 2005-2014 telah terjadi El-Nino dengan intensitas terkuat pada akhir tahun 2009 dan awal 2010. Peristiwa El-Nino ini berpengaruh terhadap pola curah hujan dan berakibat kepada penurunan produksi tanaman teh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap penurunan produktivitas pucuk teh pada berbagai ketinggian tempat. Penelitian dilaksanakan pada 9 perkebunan teh di Jawa Barat yang dikelompokkan menjadi 3 ketinggian tempat berdasarkan Schoorel 1974 yaitu perkebunan teh dataran rendah (<800 m dpl), sedang (800-1200 mdpl) dan tinggi (>1200 m dpl). Pengumpulan dan pengamatan data iklim (curah hujan) dan produksi dilakukan terhadap data 10 tahun terakhir (2005-2014), disajikan dalam bentuk grafik dan histogram untuk melihat pola sebaran tiap tahunnya. Hubungan antara curah hujan dengan produktivitas pucuk dianalisis dengan metode regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan intensitas curah hujan di perkebunan teh dataran tinggi dan dataran sedang tahun 2010-2014 (sesudah El-Nino) dibandingkan tahun 2005-2009 (sebelum El-Nino). Produktivitas tanaman teh di tiap ketinggian tempat pada tahun 2011-2014 lebih rendah dibanding tahun 2005-2008. Pada perkebunan teh dataran tinggi, penurunan produktivitas seiring dengan penurunan curah hujan, hal ini ditunjukkan dengan hubungan linear yang erat dengan nilai R2 = 0,85.Kata kunci: perubahan iklim, curah hujan, produktivitas pucuk teh, perkebunan teh, ketinggian tempat
ANALISIS FINANSIAL DAN SKEMA PEMBIAYAAN PROGRAM PEREMAJAAN, REHABILITASI DAN INTENSIFIKASI CENGKEH / Financial Analysis of Financing Program for Clove Rejuvenation, Rehabilitation and Intensification Agus Wahyudi, MS
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 22, No 3 (2016): September, 2016
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v22n3.2016.142-151

Abstract

Clove is used for spice and a raw materialof kretek cigarret industry. In the last five years (2010-2014) the price of clove was relatively higher, hence encourage farmers to improve the crops and increase productivity that are currently relatively low. Programs that can be rolled out are rejuvenation, intensification and rehabilitation in which technological innovation applied. Development funding for the program is possible if the farming isfinancially feasible. This study aimed to analyze the current projected costs, revenue and financial feasibility of clove farming with the application of innovation in line with rejuvenation, intensification and rehabilitation program to improve clove productivity and development funding for the three programs. The financial analysis method was used to analyze input and output values based on market prices. Data of inputs were obtained through a survey of farming in Bogor and Sukabumi in late 2014 and implementation of appropriate innovation for rejuvenation, intensification, and rehabilitation. Data of outputs are projected with basic data obtained from the survey with a corresponding innovation in rejuvenation, intensification, and rehabilitationapplied. The analysis showed that the program of rejuvenation, intensification, and rehabilitation generate revenue streams that were greater than the current cost and can generate sufficient excess (profit) indicated by higher value of NPV, B/C ratio and IRR. Thus the three programs were eligible to apply to external financing through micro-financing. Financing may be granted for investments and working capital, and can be full or partial.Keywords: clove (Syzigium aromaticum), rejuvenation, intensification, rehabilitation, stream of cost, stream of revenue, financial feasibility, and microfinance AbstrakCengkeh merupakan komoditas y ang digunakan untuk rempah dan bahan baku industri rokok kretek. Dalam lima tahun terakhir (2010-2014) harga cengkeh relatif baik sehingga mendorong petani untuk memperbaiki tanaman cengkeh. Hal ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang saat ini relatif masih rendah. Program yang dapat digulirkan adalah peremajaan, intensifikasi, dan rehabilitasi yang di dalamnya diterapkan inovasi teknologi. Pengembangan pembiayaan untuk program tersebut dimungkinkan jika secara finansial usahatani layak untuk dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proyeksi arus biaya, penerimaan dan kelayakan finansial usahatani cengkeh dengan penerapan inovasi dalam rangka peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas cengkeh serta pengembangan skema pembiayaan untuk ketiga program tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis finansial yaitu analisis nilai input dan output berdasarkan harga pasar. Data input diperoleh melalui survei usahatani di Bogor dan Sukabumi pada akhir tahun 2014 dan referensi penerapan inovasi intensifikasi, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman cengkeh. Data output diproyeksikan dengan data dasar yang diperoleh dari survei dengan kenaikan sesuai inovasi yang diterapkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa program peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi menghasilkan arus penerimaan yang lebih besar daripada arus biaya sehingga dapat menghasilkan NPV, B/C rasio, dan IRR yang memadai. Dengan demikian ketiga program tersebut layak untuk pembiayaan eksternal melalui pembiayaan mikro. Pembiayaan diberikan untuk investasi maupun modal kerja, baik pembiayaan penuh maupun parsial.Kata kunci: cengkeh (Syzigium aromaticum), peremajaan, intensifikasi, rehabilitasi, arus biaya, arus penerimaan, kelayakan finansial, dan pembiayaan mikro.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue